Jangan Takut Menjalin Hubungan

Meski teknologi komunikasi dan informasi berkembang pesat belakangan ini, tak dapat dipungkiri bahwa dorongan individualisme justru makin menguat. Kita didorong untuk menilai pertemanan dan persaudaraan berdasarkan besaran manfaat yang bisa kita terima, bukan sebaliknya. Relasi kita dengan orang lain makin rapuh, serapuh tombol “unfriend” di Facebook ataupun “unfollow” di Twitter.

It’s my life” atau “mind your own business” bisa jadi adalah kata-kata favorit kebanyakan orang saat ini. Seiring dengan angin kebebasan, orang-orang juga ingin membebaskan diri dari relasi yang “terlalu intim” dengan orang-orang di sekelilingnya. Tak ada lagi saling sapa di dalam ruang tunggu. Setiap orang sibuk dengan “layar” masing-masing. Sama-sama tersenyum, tapi bukan saling tersenyum.

Banyak yang berpikir bahwa orang yang kuat adalah dia yang bisa melakukan segala sesuatunya sendiri. Namun sesungguhnya, kesendirian itu mengingkari hakekat kemanusiaan. Dan kesejatian manusia itu telah rusak di sebuah taman, ketika manusia-manusia pertama memakan buah terlarang. Seketika itu juga, kebersamaan mereka lenyap! Saling menjauhkan diri, itulah yang mereka lakukan. Inilah yang kebanyakan kita lakukan.

Sesungguhnya–semenjak kejadian di taman itu–kita adalah pribadi-pribadi yang takut dengan hubungan. Kita membatasi diri sekedar dalam interaksi, bukan relasi. Kita enggan untuk melangkah lebih dalam, dan banyaknya urusan atau pekerjaan seringkali menjadi alasan. Tak ada waktu untuk pertemanan. Kita takut, pertemanan yang kita buat akan membawa kerugian. Kita takut rugi. Kita penakut.

Tak ada yang menjadikan manusia bernilai di dunia ini sebelum ia memenuhi hakekatnya sebagai manusia sejati. Kawan, kita harus belajar menjadi pemberani. Kita harus berani memberi, bukan sekedar menerima. Kita harus berani merugi, bukan sekedar untung. Kita harus berani menjadi, bukan sekedar mendapat, teman sejati. Kita harus berani membuka diri, bukan sekedar basa-basi. Dan percayalah, di dalam pertemanan yang sejati, tak pernah ada yang merugi.

Orang yang kuat tidak takut menjalin hubungan, apapun resikonya. Jangan takut menjalin hubungan. Orang yang kuat adalah orang yang berani mengulurkan tangannya seperti seekor kadal yang tertangkap kamera sedang menolong temannya yang nyaris jatuh. Inilah kekuatan di dunia nyata: kekuatan sinergi. Jika terjatuh, jangan segan-segan mengulurkan tangan. Sebaliknya, jika melihat teman dalam bahaya, jangan segan-segan pula melakukan hal serupa.

“Life is never flat,” demikian ungkap Agnes Monica dalam sebuah iklan, dan memang demikianlah adanya. Ada kalanya kita membantu teman kita, namun ada pula masanya kita yang menerima bantuan. Ingatlah hikmat yang sudah bergaung sejak purbakala: “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!”

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *