Dalam rute perjalanan saya ke kantor tiap pagi, ada sebuah persimpangan jalan yang hampir selalu mengakibatkan kemacetan dan antrean panjang kendaraan dari arah tempat tinggal saya. Tidak ada “pak ogah” maupun petugas Polantas yang berjaga di situ. Akibatnya, tak sedikit pengendara mobil maupun sepeda motor yang memutuskan untuk berbalik arah dan mengambil jalan lain.
Padahal, seandainya mereka yang memutuskan untuk putar-balik itu mau bersabar dan maju sedikit lagi saja, mereka akan mendapati jalanan yang “lancar jaya” setelah titik macet tersebut.
Hal yang sama bisa jadi berlaku di dalam kehidupan kita. Kita mungkin mendapati “titik-titik kemacetan” di dalam hidup kita, yang seringkali membuat kita tidak tenang atau bahkan frustasi. Seolah-olah tidak ada jalan keluar, dan satu-satunya solusi adalah memutar arah. Kita tidak memiliki “mata elang” yang bisa melihat peta perjalanan hidup kita dari atas, sehingga yang kita tahu hanyalah bahwa di depan kita terdapat kemacetan yang akan menyusahkan hidup kita–entah sampai berapa lama.
Namun seperti jalanan menuju kantor saya itu, mungkin saja jika kita mau terus bertahan dan maju sedikit lagi, kita akan mendapati jalur yang lancar tanpa hambatan.
Orang-orang Kristen pada masa gereja mula-mula mungkin juga memiliki perasaan serupa. Serangan, intimidasi, dan aniaya yang mereka terima sebagai konsekuensi mengikut Kristus pada mulanya mungkin tampak seperti titik kemacetan yang menggoda untuk berputar haluan. Seolah-olah Injil Tuhan tak lagi bisa dipertahankan, apalagi dikabarkan hingga ke ujung bumi.
Akan tetapi syukurlah, para murid Tuhan itu tetap bertahan. Sekalipun harus melarikan diri ke berbagai wilayah, namun di dalam tiap daerah yang mereka datangi, mereka terus memberitakan Injil, bahwa Yesus dari Nazaret itu adalah Sang Mesias, Sang Juruselamat dunia. Akibatnya, Injil justru tersebar ke daerah-daerah lain yang jauh, hingga ke ujung dunia. Apa yang dirancangkan oleh musuh-musuh Kristus sebagai peredam Kekristenan, justru berbalik menjadi pemicu persebaran Injil ke seluruh bumi!
Nah, bagaimana dengan kita? Adakah hal-hal yang seolah-olah menghambat kita untuk menjadi murid Kristus yang setia, yang terus menggoda kita untuk berputar haluan, atau “sekadar” menyembunyikan iman kita? Jangan takut. Bertahanlah, majulah sedikit lagi, dan raihlah mahkota kehidupan yang Tuhan janjikan:
“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan,
sebab apabila ia sudah tahan uji,
ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah
kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”
(Yakobus 1:12)