Never Too Late To Say Sorry

Suatu hari, saya sedang duduk di ruang keluarga ketika anak bungsu kami diusir keluar dari kamar oleh mamanya karena sepanjang hari itu lebih nakal dari biasanya. Istri saya menyuruhnya keluar dan menutup pintu di belakang si bungsu. Anak kedua kami itu pun berjalan menuju kursi di depan televisi, kemudian merebahkan dirinya sambil menangis.

Awalnya, saya mendiamkan saja ia seperti itu, karena anak-anak seusianya biasanya gelisah dan menjadi agak nakal ketika mengantuk. Namun, rupanya hari itu berbeda. Ia menangis cukup lama. Saya pun memanggilnya mendekat sambil membujuknya untuk meminta maaf kepada mamanya.

Dengan berlinang air mata dan nafas yang tersengal, si bungsu yang biasanya ceria itu bangun dan mendatangi saya, lalu mengatakan sebuah kalimat yang akan selalu saya ingat:

But it is too late to say sorry.”

Saya pun segera mengulurkan tangan dan memeluknya, kemudian sambil menepuk-nepuk punggungnya, memberitahunya, bahwa tidak pernah ada kata terlambat untuk meminta maaf. Dan saya tahu benar, bahwa saya sungguh-sungguh mengatakan itu dari lubuk hati saya yang terdalam. Saya juga tahu, bahwa isteri saya pasti akan memberikan respon yang sama.

Hati Bapa

https://2.bp.blogspot.com/-3oZeNLBLLAM/VjNm_ZPSPeI/AAAAAAAABeg/P4McmO8aygM/s400/prodson.jpg
Bapa selalu siap menyambut anak-Nya yang bertobat dari dosa

Saya selalu percaya, bahwa salah satu karunia utama bagi seorang ayah, adalah kesempatan istimewa untuk dapat menyelami hati Bapa bagi anak-anak-Nya; sebagaimana seorang suami mendapatkan anugerah untuk belajar mengasihi isterinya, seperti Kristus mengasihi umat-Nya.

Sore itu, saya mendapatkan sebuah pelajaran yang sangat berharga. Klise, mungkin, tapi sangat membekas di dalam hati saya.

Saya belajar, bahwa sebagaimana hati seorang ayah (dan ibu) yang selalu terbuka mengulurkan maaf bagi anak-anaknya yang sungguh-sungguh menyesal tanpa peduli seberapa banyak serta seberapa banyak kesalahan yang dilakukan, demikian pula sesungguhnya hati Bapa yang tak pernah tertutup untuk melimpahkan pengampunan bagi anak-anak-Nya yang sungguh-sungguh menyesali dosa dan pelanggaran mereka, tak peduli seberapa besar dan banyaknya itu.

Dengan kata lain, tidak pernah ada kata terlambat untuk datang ke hadirat-Nya, menyatakan penyesalan kita, dan memohon pengampunan dariNya—sekalipun ketika kita tak bisa mengampuni diri sendiri.

Seperti ayah dalam perumpaan tentang anak yang hilang, demikian pula Bapa menanti-nantikan kita untuk datang kembali kepadaNya. Bahkan tanpa perlu kita datang mendekat pun, Dia akan berlari mendapatkan kita, merangkul, dan mencium kita—tak peduli seberapa busuk bau badan kita.¹

Hari itu, hati saya dipenuhi syukur yang tak terkira, karena siapakah saya, sehingga Bapa mau menanti-nantikan saya untuk kembali kepadaNya, tak peduli seberapa jauh dan dalam saya terjatuh ke dalam dosa? Sungguh sebuah “privilege” yang tak ada duanya di dunia ini, ketika kita memiliki Bapa surgawi, yang berbisik lembut,

It’s never too late to say sorry.”

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *