Peristiwa di Kerajaan Inggris menampakkan eksistensinya dalam royal wedding Pangeran Harry dan Meghan Markle yang disaksikan oleh jutaan pasang mata diseluruh dunia. Uniknya, Pangeran kesayangan pemilik kerajaan Inggris itu mendobrak tradisi dengan menyunting orang yang berdarah campur kedalam kerajaannya, bahkan orang itu mendapat gelar Duchess of Sussex, yang menandakan statusnya sebagai keluarga Kerajaan.
Satu hal yang cukup mengagetkan banyak pihak, Pangeran Harry memilih seorang istri dengan status janda. Sebab, sebagai seorang Pangeran Kerajaan sebesar Inggris, untuk mendapatkan seorang istri yang masih virgin bukanlah hal yang sulit. Namun Pangeran Harry tetap menjadikan Meghan sebagai mempelainya karena cinta dan kasihnya yang begitu dalam.
Sepintas peristiwa ini menimbulkan pertanyaan. Kenapa harus Meghan seorang janda dan juga bukan wanita keturunan kulit putih saja?. Sesungguhnya, sikap Kerajaan Inggris ini justru menunjukkan keterbukaan dengan ras yang berbeda, kebudayaan yang berbeda, dan semakin menunjukkan bahwa Kerajaan Inggris juga memiliki penerimaan yang sama kepada mereka yang dianggap berbeda oleh orang lain.
Menerima dengan Ketulusan
Terjawab sudah mengapa Pangeran Harry memilih Meghan. Bukan terletak pada statusya, atau mungkin asal-usulnya, namun dari relasinya. Cinta serta kasih Harry pada Meghan menghasilkan penerimaan yang tulus. Bagi sebagian orang ini merupakan hal konyol, namun bagi Harry ini adalah sebuah prinsip kasih. Ia tak hanya berteori seperti kebanyakan orang untuk menerima dengan ketulusan tanpa memandang statusnya, namun juga melakukan apa yang ia yakini benar.
Kisah ini semestinya mengingatkan kita pada satu hal, yaitu karena cinta dan kasih Kristus sebagai Anak-Nya yang tunggal mau menerima kita. Tidak peduli apapun status kita, warna kulit kita, dan golongan atau ras apa, Kristus tetap menerima kita dan mengajak kita masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Kita seperti mempelai wanita dan Kristus adalah mempelai Pria. Layaknya suami dan istri yang memiliki relasi yang sangat intim. Bahkan, memberikan kita gelar anak Allah. Sekalipun demikian, bisa saja kelak Harry mengecawakan Meghan, namun tidak dengan Kristus. Ia adalah Allah yang setia dan tidak akan meninggalkan kita.