Sebuah botol air terletak di tengah meja. Tidak ada botol air lain disana, hanya satu yang aku miliki. Isi air dalam botol tersebut tak banyak, kurang lebih hanya setengah dari besarnya botol itu. Selang beberapa waktu aku berpikir dan berkata dalam hati, “Mengapa air dalam botol ini tidak penuh?”. “Ah botol air yang tidak berguna, apa gunanya jika hanya setengah? Setiap orang membutuhkan air yang banyak, apalagi di tengah udara sedingin ini”, ucapku dalam hati sambil terus memandangi bagian kosong botol air itu.
Kemudian aku mengalihkan pandanganku ke arah lain, tetapi tak lama kemudian kembali kepada botol air itu. Namun kali ini ada yang berbeda, kali ini aku memandang pada air yang ada di dalam botol itu. “Ya, ada air! Syukurlah masih ada air untuk diminum. Botol air yang sangat berguna! Tidak terbayangkan seandainya botol air itu rusak, pasti sepanjang hari ini aku tidak bisa minum karena aku tidak punya botol lain yang dapat aku gunakan”, ucapku dalam hati. Hanya dengan mengubah arah pandang mata dengan benar, aku dapat mengucap syukur bukan mengeluh. Hanya dengan mengubah arah pandang mata dengan benar, aku dapat menghargai bukan mengkritik.
Seperti kisah di atas, dalam hidup ini kita akan selalu bertemu dengan botol air yang tidak penuh. Keadaan yang tidak sempurna, diri sendiri yang tidak sempurna, maupun sesama kita yang tidak sempurna baik itu kondisi fisik, kinerja orang lain, maupun karakternya. Pertanyaannya, apa respon kita terhadap hal itu? Apa yang terucap dalam hati? Atau bahkan yang terucap di bibir? Bukankah seringkali kita langsung mengeluh dan mengkritik? “Ah kenapa hidupku seperti ini?” Padahal, bukankah dalam hidup ini seharusnya kita penuh dengan ucapan syukur dan penghargaan? “Puji Tuhan, Allah masih memberikan ku hidup! Allah masih memberiku kesempatan untuk menghirup udara segar”
Firman Tuhan berkata, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” – 1 Tesalonika 5:18, “Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang” – Amsal 16:24, “Kata-kata orang tulus menyenangkan hati; kata-kata orang jahat selalu menyakiti” – Amsal 10:32 (BIS). Mari senantiasa bersyukur dan penuh penghargaan dalam hidup!