“Aku Tetap Sabar!”

Saat membuka pintu rumah, seorang wanita kaget karena ada seekor anak anjing yang sedang bermain di tengah ruang tamu. Langsung saja ia mencari kakaknya dan bertanya “Anjing siapa itu?”, “Itu hadiah untukmu” jawab si kakak. Jawaban sang kakak membuatnya tersenyum bahagia. Bagaimana tidak, kerinduannya untuk memelihara hewan yang disebut “sahabat manusia” akhirnya terkabul. Sejak hari itu, anak anjing tersebut selalu membawa sukacita bagi si wanita karena melihat tingkah-tingkahnya yang lucu.

Tiga bulan kemudian, anak anjing yang lucu itu mulai berubah menjadi anak anjing yang nakal. Pada suatu hari, dirinya pergi seharian untuk bekerja. Seperti biasa, anjingnya ditinggalkan di dalam rumah. Dia berpikir bahwa anjing itu akan mengobati penatnya ketika dia pulang ke rumah. Namun, bukannya mengobati penat, hari itu si anjing justru membuatnya kesal. Bagaimana tidak, rumah yang ditinggalkan bersih, kini penuh dengan sampah.  Dari dapur, ruang tamu, hingga di dalam kamar dipenuhi sampah. Bukan hanya itu, beberapa pakaian dari lemari juga bertebaran di lantai dan beberapa diantaranya koyak akibat gigitan anjing.

Sejenak si wanita tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa melangkahkan kaki ke dalam kamar dan berdiam diri. Dia sedih dan lelah. Tapi, mau tidak mau dia harus membereskan semuanya. Satu hal yang ada dalam pikirannya saat itu, “Senakal apapun tingkah lakunya, ia tetaplah seekor anjing. Aku harus sabar!”. Beberapa menit kemudian, wanita itu kembali ke ruang tamu. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengangkat anjingnya dari tumpukan sampah, dan kemudian meletakkannya di tempat yang bersih. Baru setelah itu dia membersihkan rumahnya dari sampah dan membuang beberapa pakaiannya yang rusak.

Apabila kejadian di atas terjadi pada diri kita, apa yang akan kita lakukan? Mungkin saja kita akan memarahi, memukul, atau mengurung anjing tersebut. Tetapi, wanita itu memilih untuk bersabar dan tetap merawat anjingnya. Kalau manusia bisa sabar menghadapi hewan kesayangannya, apalagi Bapa kita terhadap anak-anak-Nya.

Saat menjadi anak Allah mungkin kita pernah jatuh ke dalam dosa, bahkan bermain-main di dalamnya. Mungkin kita masih sering berbohong, senang bergosip, atau melayani dengan motivasi membanggakan diri sendiri. Namun, ingatlah satu hal bahwa kasih Allah tak pernah habis untuk anak-anak-Nya. Sama seperti kisah wanita di atas, mungkin Tuhan juga akan berkata kepada kita “Senakal apapun dirimu, kamu tetaplah anak-Ku. Aku tetap sabar!”.

Kasih Allah inilah yang kemudian akan mengangkat dan membersihkan kita dari lumpur dosa. Adakalanya proses pembersihan ini dilakukan dengan didikan dan disiplin. Contohnya, Dia akan menegur kita melalui Firman-Nya, nasihat orang lain, atau bahkan berbagai macam penderitaan. Semua itu dilakukan agar kita kembali pada-Nya dan menikmati relasi yang indah bersama-Nya. Jadi, jangan putus asa apabila kita diperingatkan-Nya. Tuhan mendidik orang-orang yang dikasihi-Nya.

“My Son, do not scorn the Lord’s Discipline or give up when He corrects you. For the Lord Disciplines the one He Loves and chastises every son He accepts.” Hebrews 12:5-6 NET