Di masa-masa yang serba sulit ini, barangkali tak mudah pula kita mengucap, apalagi memekikkan kata, “merdeka!” Namun demikian, mungkin justru di saat-saat seperti inilah, kita paling dapat menghayati suasana ketika Bung Karno mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan. Situasi sedang tak menentu, akibat Jepang yang menjanjikan kemerdekaan telah menyerah kepada Sekutu pascapengeboman dua kota besarnya. Perencanaan-perencanaan untuk menjadi bangsa berdaulat yang telah dibuat melalui BPUPKI lalu PPKI terpaksa terhenti.
Namun kemudian, beberapa pemuda mengajak dengan paksa tokoh-tokoh bangsa ke Rengasdengklok, dimana mereka mendesak supaya diambil langkah berani untuk mengumandangkan sendiri kemerdekaan tanpa perlu menantikan lampu hijau dari Sang Saudara Tua. Selanjutnya, sebagaimana tercatat dalam sejarah bangsa kita, pada tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia dari penjajahan diproklamasikan.
Kita tentu meyakini, bahwa apa yang terjadi 75 tahun yang lalu itu merupakan bagian dari rencana Allah yang indah bagi bangsa kita. Kita meyakini, bahwa Allah adalah juga Tuhan atas sejarah. Dan, Ia mau menjadikan anak-anak-Nya sebagai agen-agen perubahan, sebagai rekan-rekan sekerja-Nya untuk menghadirkan shalom bagi negeri ini, untuk mengabarkan kebenaran, yang memerdekakan. Barangkali, kita menjadi seperti para pemuda, yang selalu dinamis dan bersemangat untuk membuat perubahan karena melihat kesempatan-kesempatan. Di sisi lain, mungkin ada pula di antara kita yang bersikap seperti para tokoh bangsa, yang “menghormati” Jepang yang menjanjikan kemerdekaan peralihan kekuasaan secara resmi–meski tak pasti, namun pada akhirnya mau mengikuti kemauan kaum muda setelah mengamati situasi yang ada.
Baik yang muda maupun yang dewasa, ketika mau berdiskusi dan berkolaborasi, hasilnya akan dahsyat sekali. Sedahsyat Proklamasi.
Kolaborasi inilah pula yang perlu untuk kita jaga dan tingkatkan. Sama seperti tubuh terdiri dari banyak anggota yang berlainan fungsinya, demikian pula semestinya kita sebagai anak-anak bangsa ini tak perlu saling menanti untuk berkolaborasi, memberikan sumbangsih untuk kebaikan negeri, baik berupa waktu, tenaga, pemikiran, dana, dan sebagainya. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Tanpa kolaborasi, kita akan mati.
Mari kita mengisi kemerdekaan sebagai anugerah Ilahi dengan memberikan sumbangsih terbaik kita bagi kemajuan negeri. Demi Ibu Pertiwi. Demi kemuliaan nama Tuhan. MERDEKA!