“Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.”
1 Korintus 9:18
Mana yang lebih baik? Memiliki hati tapi tidak mempunyai roti untuk dibagi, atau memiliki roti tapi tidak mempunyai hati untuk berbagi? Pertanyaan sederhana ini hampir membuat pikiran saya terus bekerja selama beberapa hari ini. Hingga pemikiran saya sampai kepada kesimpulan yang juga sebenarnya sangat sederhana.
Kesimpulan tersebut saya rumuskan demikian. Lebih baik memiliki hati untuk berbagi. Sekalipun tidak memiliki roti, saya masih bisa memberi hati. Sebaliknya, memiliki roti tetapi tidak memiliki hati untuk berbagi adalah sia-sia. Hal ini membuat diri tidak sanggup untuk memberi roti apalagi berbagi hati. Pemikiran ini mengantarkan saya untuk kembali merenungkan penyertaan Tuhan dalam pelayanan Perkantas. Terutama dalam menyambut ulang tahun Perkantas ke-45.
KINI ROTI BANYAK
Memang, terasa begitu jauh berbeda kesejahteraan staf kini dengan dahulu. Untuk hal itu saya sangat merasa beryukur. Segala kecukupan gaji yang ada bisa saya pakai untuk berbagi juga menabung. Namun, beberapa kali saya pakai juga untuk berekreasi.
Kini kami memiliki banyak roti. Dalam arti sebenarnya, kami telah menikmati begitu banyak kelimpahan berkat dari Tuhan sehingga satu per satu staf pria memiliki (maaf) ukuran lingkar pinggang yang semakin besar. Kini, hampir setiap staf pria mengalami masalah kegemukan. Hampir semua, tidak terkecuali pemimpin cabang Perkantas Jakarta. Hal ini menjadi kebaikan juga sekaligus peringatan untuk tetap menjaga kesehatan.
Menikmati pemeliharaan Allah dalam segala kelimpahan yang kami alami, kami menyadari bahwa pelayanan semakin besar dan membutuhkan begitu banyak dana untuk mengerjakannya. Kami selalu meminta juga memohon Allah yang mempunyai pelayanan ini untuk memelihara Perkantas melalui keterlibatan nyata siswa, mahasiswa, juga alumni dalam mendukung pelayanan ini melalui dana.
Kami bersyukur setiap kali mengingat mereka dalam doa kami, alumni juga komponen-komponen lain yang mendukung pelayanan ini. Menyenangkan sekali ketika mendengar berita kelahiran anak, baptis anak, pekerjaan baru, juga pengantin baru. Segala berita bahagia kami syukuri. Juga berita duka kami turut berempati.
TELADAN HATI MAU BERBAGI
Mama mengetahui pelayanan saya sebagai staf. Beberapa kali seminggu, dalam kelemahan tubuh juga simpanan uang yang ia miliki, masih saja memberikan uang sebagai bekal jajan. Sekalipun saya telah memberi uang secara rutin tiap bulan, juga meyakinkan dirinya bahwa segalanya cukup bahkan berlebih, tetap saja ia memberikan uang jajan. Melalui bukti ini saya yakin, bahwa mama memiliki hati yang mau berbagi sekalipun suatu ketika tidak ada roti.
Terharu juga begitu bersyukur. Teladan ini saya lihat dengan lugas melalui rekan-rekan sekerja di pelayanan Perkantas. Melihat dengan haru bagaimana abang Sagala dengan segala keceriaan dan juga ucapan syukur menerima mobil baru hasil dukungan orang-orang yang pernah dilayaninya. Mungkin saja abang Sagala mampu untuk membeli mobil dengan usahanya sendiri. Namun, dengan penuh kesederhanaan ia melihat prioritas pelayanan lebih penting. Toh mobil lama masih cukup prima, begitu ujarnya.
Teladan hidup sederhana yang ditunjukan oleh abang menjadi bukti nyata bagi diri saya pribadi. Mengenal staf-staf lain juga menjadi penguatan pribadi bahwa mereka masih memiliki hati untuk berbagi di tengah kelimpahan roti maupun ketiadaan roti.
DOA KAMI
Dalam segala kelimpahan yang kami alami kiranya kami tetap memiliki hati untuk berbagi. Bukan hanya sanggup untuk berbagi tetapi juga mau memberi diri kami sepenuhnya dalam pekerjaan pemberitaan Injil. Jangan sampai ketiadaan roti membuat semangat melayani kami semakin lemah dan akhirnya mati. Ada atau tiada roti kiranya Allah terus mengobarkan semangat pelayanan di dalam hati. Dirgahayu Perkantas!
#HUTPERKANTAS45